zmedia
RGOPOKER 
BROTOGEL

Tangannya Makin Erat Memegang Tititku

Tidak ada voting

Waktu itu Rounald yg masih duduk di perkuliahan mempunyai teman akrab namanya
Silvina dia berasal dari Sumatera dan katanya dia masih menumpang di rumah tantenya, kebetulan
hobi kita sama yaitu naik gunung pecinta alam kita sering bersama kadang aku juga maen
kerumahnya, dan bisa lebih karena aku juga naksir dgn adik sepupunya namanya Seshy.Seshy adalah
anak dari tante yg rumahnya ditumpangi oleh Silvina, meskipun aku sudah akrab dgn keluarganya
tante tapi aku tak langsung pacari si Seshy, tapi selama perjalanan waktu sudah berubah dimana
ayah Seshy yg wakil rakyat meninggal dunia.

Jadi Sekarang Ibunya yg mengurus semua perusahaan yg dikendalaikan ayah Seshy, Harapanku
untuk memacari Seshy tetap ada, meskipun saat aku berkunjung kerumahnya jarang bertemu
langsung dgn Seshy, malah Ibunya yg namanya Desta menemaniku, karena kesibukannya Seshy yg di
Jakarta sedang belajar di sekolah presenter stasiun TV swasta.

Tapi sebenarnya kalau mau jujur Seshy masih kalah dgn ibunya. Bu Desta lebih cantik.,kulitnya lebih
putih bersih, dewasa dan tenang pembawaannya. Sementara Seshy agak sawo matang, nurun
ayahnya kali? Seandainya Seshy seperti ibunya: tenang pembawaannya, keibuan dan penuh
perhatian, baik juga.

Sekarang, di rumah yg cukup mewah itu hanya ada bu Desta dan seorang pembantu. Silvina sudah tidak
di situ, sementara Seshy sekolah di ibukota, paling-paling seminggu pulang. Akhirnya aku di suruh
bu Desta untuk membantu sebagai karyawan tidak tetap mengelola perusahaannya. Untungnya aku
memiliki kemampuan di bidang komputer dan manajemennya, yg aku tekuni sejak SMA.

Setelah mengetahui manajemen perusahaan bu Desta lalu aku menawari program akuntansi dan
keuangan dgn komputer, dan bu Desta setuju bahkan senang. Merencanakan kalkulasi biaya proyek yg
dDestangani perusahaannya, dsb.

Aku menyukai pekerjaan ini. Yg jelas bisa menambah uang saku aku, bisa untuk membantu kuliah,
yg saat itu baru semester dua. Bu Desta memberi honor lebih dari cukup menurut ukuran aku. Pegawai
bu Desta ada tiga perempuan di kantor, tambah aku, belom termasuk di lapangan.

Aku sering bekerja setelah kuliah, sore hingga malam hari, datang menjelang pegawai yg lain
pulang. Itupun kalau ada proyek yg harus dikerjakan. Part time begitu. Bagi aku ini hanya kerja
sambilan tapi bisa menambah pengalaman.

Karena hubungan kerja antara majikan dan pegawai, hubungan aku dgn bu Desta semakin akrab.
Semula sih biasa saja, lambat-laun seperti sahabat, curhat, dan sebagainya.

Aku sering dinasehati, bahkan saking akrabnya, bercanda, aku sering pegang tangannya, mencium
tangan, tentu saja tanpa diketahui rekan kerja yg lain. Dan rupanya dia senang. Tapi aku tetap
menjaga kesopanan.

Pengalaman ini yg mendebarkan jantungku, betapapun dan siapapun bu Desta, dia mampu
menggetarkan dadaku. Meskipun sudah cukup umur perempuan ini tetap jelDesta. Aku kira siapapun
orangnya pasti mengatakan orang ini cantik bahkan cantik sekali.

Dasar pandai merawat badan, karena ada dana untuk itu, rajin fitnees, di rumah disediakan
peralatannya. Kalau sedang fitnees memakai pakaian fitnees ketat sangat sedap dipandang. Ini
sudah aku ketahui sejak aku SMA dulu, tapi karena aku kepingin mendekati Seshy, hal itu aku
kesampingkan.

Data-data pribadi bu Desta aku tahu betul karena sering mengerjakan biodata berkaDestan dgn proyek-
proyeknya. Tingginya 161 cm, usianya saat kisah ini terjadi 37 tahun, lima bulan dan berat badannya
52 kg. Cukup ideal.

Pada suatu hari aku lembur, karena ada pekerjaan proyek dan paginya harus didaftarkan untuk
diikutkan tender. Pukul 22.00 pekerjaan belom selesai, tapi aku agak terhibur bu Desta mau
menemaniku, sambil mengecek pekerjaanku.
Dia cukup teliti. Kalau kerja lembur begini ia malah sering bercanda. Bahkan kalau minumanku habis
dia tidak segan-segan yg menuang kembali, aku malah menjadi kikuk. Dia tak enggan pegang
tanganku, mencubit, namun aku tak berani membalas.

Apalagi bila sedang mencubit dadaku aku sama sekali tidak akan membalas. Dan yg cukup surprise
tanpa ragu memijit-pijit bahuku dari belakang.

“Capek ya..? Aku pijit, nih”, katanya.

Aku hanya tersenyum, dalam hati senang juga, dipijit janda cantik. Apalagi yg kurasakan dadanya,
pasti teteknya menyenggol kepalaku bagian belakang, aku rasakan nyaman juga. Lama-lama pipiku
sengaja aku pepetkan dgn tangannya yg mulus, dia diam saja.

Dia membalas membelai-belai daguku, yg tanpa rambut itu. Aku menjadi cukup senang. Hampir
pukul 23.00 baru selesai semua pekerjaan, aku membersihkan kantor dan masih dibantu bu Desta.
Wah perempuan ini betul-betul seorang pekerja keras, gumanku dalam hati.

Aku bersiap-siap untuk pulang, tapi dibuatkan kopi, jadi kembali minum.

“Kamu sudah punya pacar Ron?”
“Belom Bu”, jawabku
“Masa.., pasti kamu sudah punya. Perempuan mana yg tak mau dgn lelaki ganteng”, katanya
“Belom Bu, sungguh kok”, kataku lagi. Kami duduk bersebelahan di sofa ruang tengah, dgn
penerangan yg agak redup. Entah siapa yg mendahului, kami berdua saling berpegangan tangan
saling meremas lembut. Yg jelas semula aku sengaja menyenggol tangannya

Mungkin karena terbawa suasana malam yg dingin dan suasana ruangan yg syahdu, dan terdengar
suara mobil melintas di jalan raya serta sayup-sayup suara binatang malam, aku dan bu Desta hanyut
terbawa oleh suasana romantis.

Bu Desta yg malam itu memakai gaun warna hDestam dan sedikit motif bunga ungu. Sangat kontras dgn
warna kulitnya yg putih bersih.

Perempuan pengusaha ini makin mendekatkan badannya ke arahku. Dalam kondisi yg baru aku
alami ini aku menjadi sangat kikuk dan canggung, tapi anehnya nafasku makin memburu, kejar-
kejaran dan bergelora seperti gemuruh ombak di Pelabuhan Ratu. Aku menjadi bergemetaran, dan
tak mampu berbuat banyak, meski tanganku tetap memegang tangannya.

“Dingin ya Ron..?!”, katanya sendu.

Sementara tangan kiriku dDestarik dan mendekap lengan kirinya yg memang tanpa lengan baju itu.
“Ya, Bu dingin sekali”, jawabku.

Terasa dingin, sementara tangannya juga merangkul pinggangku. Bau wewanginan semerbak di
sekitar, aku duduk, menambah suasana romantis
“Kalau ketahuan Darti (pembantunya), gimana Bu?”, kataku gemetar.
“Darti tidak akan masuk ke sini, pintunya terkunci”, katanya.

Aku menjadi aman. Lalu aku mencoba mengecup kening perempuan lincah ini, dia tersenyum lalu
dia menengadahkan wajahnya. Tanpa diajari atau diperintah oleh siapapun, kukecup bibir indahnya.

Dia menyambut dgn senyuman, kami saling berciuman bibir saling melumat bibir, lidah kami
bertemu berburu mencari kenikmatan di setiap sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing-masing.
Tangankupun mulai meraba-raba badan sintal bu Desta, diapun tidak kalah meraba-raba punggungku
dan bahkan menyusup dibalik kaosku. Aku menjadi semakin terangsang dalam permainan yg indah
ini.

Sejenak jeda, kami saling berpandangan dia tersenyum manis bahkan amat manis, dibanding waktu-
waktu sebelomnya.

Kami berangkulan kembali, seolah-olah dua sejoli yg sedang mabuk asmara sedang bermesraan,
padahal antara majikan dan pegawainya. Dia mulai mencumi leherku dan menggigit lembut
semantara tanganku mulai meraba-raba badannya, pertama pantatnya, kemudian menjalar ke
pinggulnya.

“Sejak kamu kesini dgn Silvina dulu, aku sudah berpikir: “Ganteng banget ini anak!””, katanya
setengah berbisik.
“Ah ibu ada-ada saja”, kataku mengelak meskipun aku senang mendapat sanjungan.
“Aku tidak merayu, sungguh”, katanya lagi.

Kami makin merangsek bercumbu, birahiku makin menanjak naik, dadaku semakin bergetar,
demikian juga dada bu Desta. Diapun nampak bergetaran dan suaranya agak parau.

Kemudian aku beranjak, berdiri dan menarik tangan bu Desta yg supaya ikut berdiri. Dalam posisi ini dia
aku dekap dgn hangatnya. Hasrat kelakianku menjadi bertambah bangkit dan terasa seakan
membelah celana yg aku pakai.

Lalu aku bimbing dia ke kamarnya, bagai kerbau dicocok hidungnya bu Desta menurut saja. Kami
berbaring bersama di spring bed, kembali kami bergumul saling berciuman dan becumbu.

“Gimana kalau aku tidur di sini saja, Bu”, pintaku lirih.

Ia berpikir sejenak lalu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian dia beranjak menuju lemari dan
mengambil pakaian sambil menyodorkan kepada aku.
“Ini pakai punyaku”, dia menyodorkan pakaian tidur.

Lalu aku melorot celana panjangku dan kaos kemudian memakai kimononya.

Aku menjadi terlena. Dalam dekapannya aku tertidur. Baru sekitar setengah jam aku terbangun lagi.
Dalam kondisi begini, jelas aku susah tidur.
Udara terasa dingin, aku mendekapnya makin kencang. Dia menyusupkan kaki kanannya di
selakangan aku. Kemaluanku makin bergerak-gerak, sementara cumbuan berlangsung, kemaluanku semakin
menjadi-jadi kencangnya, yg sesungguhnya sejak tadi di sofa.
Aku berpikir kalau sudah begini bagaimana? Apakah aku lanjutkan atau diam saja? Lama aku berfikir
untuk mengatakan tidak! Tapi tidak bisa ditutupi bahwa hasrat, nafsu birahiku kuat sekali yg
mendorong melonjak-lonjak dalam dadaku bercampur aduk sampai kepada ubun-ubunku.
Meskipun aku diamkan beberapa saat, tetap saja kejaran libido yg terasa lebih kuat. Memang aku
sadar, perempuan yg ada didekapanku adalah majikanku, tantenya Silvina, mamanya Seshy, tapi
sebagai lelaki normal dan dewasa aku juga merasakan kenikmatan bibir dan rasa perasaan bu Desta
sebagai perempuan yg sintal, cantik dan mengagumkan.

Sedikitnya aku sudah merasakan kehangatannya badannya dan perasaannya, meski pengalaman ini
baru pertama kali kualami.

Aku tak kuasa berkeputusan, dalam kondisi seperti ini aku semakin bergemetaran, antara mengelak
dan hasrat yg menggebu-gebu. Aku perhatikan wajahnya di bawah sorot lampu bed, sengaja aku
lihat lama dari dekat, wajahnya memancarkan penyerahan sebagai perempuan, di depan lelaki
dewasa.

Pelan-pelan tanganku menyusup di balik gaunnya, meraba pahanya dia mengeliat pelan, aku tidak
tahu apakah dia tidur atau pura-pura tidur. Aku cium lembut bibirnya, dan dia menyambutnya.
Berarti dia tidak tidur. Ku singkap gaun tidurnya kemudian kulepas, dia memakai beha warna putih
dan celana dalamnya juga putih.

Aku menjadi tambah takjub melihat kemolekan badan bu Desta, putih dan indah banget. Ku raba-raba
badannya, dia mengeliat geli dan membuka matanya yg sayu. Jari-jari lentiknya menyusup ke balik
baju tidur yg kupakai dan menarik talinya pada bagian perutku, lalu pakaianku terlepas. Kini akupun
hanya pakai celana dalam saja.

“Kamu ganteng banget, Ron, tinggi badanmu berapa, ya?”, bisiknya. Aku tersenyum senang.
“Makasih. Ada 171. Bu Desta juga cantik sekali”, mendengar jawabanku, dia hanya tersenyum.

Aku berusaha membuka behanya dgn membuka kaDestannya di punggungnya, kemudian keplorotkan
celana dalamnya sehingga aku semakin takjub melihat keindahan alam yg tiada tara ini. Hal ini
menjadikan dadaku semakin bergetar.

Betapa tidak?! Aku berhadapan langsung dgn perempuan tanpa busana yg berbadan indah, yg
selama ini hanya kulihat lewat gambar-gambar orang asing saja. Kini langsung mengamati dari dekat
sekali bahkan bisa meraba-raba.

Perempuan yg selama ini aku lihat berkulit putih bersih hanya pada bagian wajah, bagian kaki dan
bagian lengan ini, sekarang tampak seluruhnya tiada yg tersisa. Menakjubkan! Darahku semakin
mendidih, melihat pemandangan nan indah itu.

Di saat aku masih bengong, pelan-pelan aku melorot celana dalamku, aku dan bu Desta sama-sama tak
berpakaian. Kemaluanku benar-benar maksimal kencangnya. Kami berdua berdekapan, saling meraba
dan membelai.

Kaki kami berdua saling menyilang yg berpangkal di selakangan, saling mengesek. Kemaluanku yg
kencang ikut membelai paha indah bu Desta. Sementara itu ia membelai-belai lembut kemaluanku dgn
tangan halusnya, yg membawa efek nikmat luar biasa.

Tanganku membela-belai pahanya kemudian kucium mulai dari lutut merambat pelan ke pangkal
pahanya. Ia mendesah lembut. Dadaku makin bergetaran karena kami saling mencumbu, aku
meraba selakangannya, ada rerumputan di sana, tidak terlalu lebat jadi enak dipandang.

Dia mengerang lembut, ketika jemariku menyentuh bibir vaginanya. Mulutku menciumi buah dadanya
dgn lembut dan mengedot puntingnya yg berwarna coklat kemerah-merahan, lalu membenamkan
wajahku di antara kedua buah dadanya.

Sementara tangan kiriku meremas lembut teteknya. Desisan dan erangan lembut muncul dari mulut
indahnya. Aku semakin bernafsu meski tetap gemetaran. Tanganku mulai aktif memainkan
selakangannya, yg ternyata basah itu.

Aku penasaran, lalu kubuka kedua pahanya, kemudian kusingkap rerumputan di sekitar
keperempuanannya. Bagian-bagian warna pink itu aku belai-belai dgn jemariku. Klitorisnya, ku
mainkan, menyenangkan sekali.

Desta mengerang lembut sambil menggerakkan pelan kaki-kakinya. Lalu jariku kumasukkan
keterowongan pink tersebut dan menari-nari di dalamnya. Dia semakin bergelincangan.
Kelanjutannya ia menarikku.

“Ayo Ron”aku tak tahan”, katanya berbisik

Dan merangkulku ketat sekali, sehingga bagian yg menonjol di dadanya tertekan oleh dadaku.
Aku mulai menindih badan sintal itu, sambil bertumpu pada kedua siku-siku tanganku, supaya ia
tidak berat menompang badanku.

Sementara itu senjataku terjepit dgn kedua pahanya. Dalam posisi begini saja enaknya sudah bukan
main, getaran jantungku makin tidak teratur. Sambil menciumi bibirnya, dan lehernya, tanganku
meremas-remas lembut buah dadanya.

Kemaluanku menggesek-gesek sekalangannya, ke arah atas (perut), kemudian turun berulang-ulang
Tak lama kemudian kakinya direnggangkan, lalu pinggul kami berdua beringsut, untuk mengambil
posisi tepat antara senjataku dgn lubang keperempuanannya. Beberapa kali kami beringsut, tapi
belom juga sampai kepada sasarannya. Kemaluanku belom juga masuk ke vaginanya

“Alot juga”, bisikku. Bu Desta yg masih di bawahku tersenyum.
“Sabar-sabar”, katanya. Lalu tangannya memegang kemaluanku dan menuntun memasukkan ke
arah keperempuanannya.
“Sudah ditekan… pelan-pelan saja”, katanya. Akupun menuruti saja, menekan pinggulku…
“Blesss”, masuklah kemaluanku, agak seret, tapi tanpa hambatan. Ternyata mudah! Pada saat masuk
itulah, rasa nikmatnya amat sangat. Seolah aku baru memasuki dunia lain, dunia yg sama sekali baru
bagiku.

Aku memang pernah melihat film orang beginian, tetapi untuk melakukan sendiri baru kali ini.
Ternyata rasanya enak, nyaman, mengasyikkan. Wonderful! Betapa tidak, dalam usiaku yg ke 23,
baru merasakan kehangatan dan kenikmatan badan perempuan.

Gerakanku mengikuti naluri lelakiku, mulai naik-turun, naik-turun, kadang cepat kadang lambat,
sambil memandang ekspresi wajah bu Desta yg merem-melek, mulutnya sedikit terbuka, sambil keluar
suara tak disengaja desah-mendesah. Merasakan kenikmatannya sendiri.

“Ah… uh… eh… hem””

Ketika aku menekankan pinggulku, dia menyambut dgn menekan pula ke atas, supaya kemaluanku
masuk menekan sampai ke dasar vaginanya. Getaran-getaran perasaan menyatu dgn lenguhan dan
rasa kenikmatan berjalan merangkak sampai berlari-lari kecil berkejar-kejaran.

Di tengah peristiwa itu bu Desta berbisik

“Kamu jangan terlalu keburu nafsu, nanti kamu cepat capek, santai saja, pelan-pelan, ikuti
iramanya”, ketika aku mulai menggenjot dgn semangatnya.

“Ya Bu, maaf”, akupun menuruti perintahnya.

Lalu aku hanya menggerakkan pinggulku ala kadarnya mengikuti gerakan pinggulnya yg hanya
sesekali dilakukan. Ternyata model ini lebih nyaman dan mudah dinikmati. Sesekali kedua kakinya
diangkat dan sampai ditaruh di atas bahuku, atau kemudian dibuka lebar-lebar, bahkan kadang
dirapatkan, sehingga terasa kemaluanku terjepit ketat dan semakin seret.

Gerak apapun yg kami lakukan berdua membawa efek kenikmatan tersendiri. Setelah lebih dari
sepuluh menit , aku menikmati badannya dari atas, dia membuat suatu gerakan dan aku tahu
maksudnya, dia minta di atas.

Aku tidur terlentang, kemudian bu Desta mengambil posisi tengkurap di atasku sambil menyatukan
alat vital kami berdua. Bersebadanlah kami kembali.Ia memasukkan kemaluanku rasanya ketat
sekali menghujam sampai dalam.

Sampai beberapa saat bu Desta menggerakkan pinggulnya, buah dadanya bergelantungan nampak
indah sekali, kadang menyapu wajahku. Aku meremas kuat-kuat bongkahan pantatnya yg bergoyg-
goyg. Buah dadanya disodorkan kemulutku, langsung kudot.

Gerakan perempuan berambut sebahu ini makin mempesona di atas badanku. Kadang seperti orang
berenang, atau menari yg berpusat pada gerakan pinggulnya yg aduhai. Bayg-bayg gerakan itu
nampak indah di cermin sebelah ranjang.

Badan putih nan indah perempuan setengah baya menaiki badan pemuda agak coklat kekuning-
kuningan. Benar-benar lintas generasi!

Adegan ini berlangsung lebih dari lima belas menit, kian lama kian kencang dan cepat, gerakannya.
Nafasnya kian tidak teratur, sedikit liar. Kayak mengejar setoran saja. Tanganku mempererat
rangulanku pada pantat dan pinggulnya, sementara mulutku sesekali mengulum punting buah
dadanya. Rasanya enak sekali. Setelah kerja keras majikanku itu mendesah sejadi-jadinya”

“Ah… uh, eh… aku, ke.. luaar..Ron..”, rupanya ia orgasme.

Puncak kenikmatannya diraihnya di atas badanku, nafasnya berkejar-kejaran, terengah-engah
merasakan keenakan yg mencapai klimaknya.

Nafasnya berkejar-kejaran, gerakannya lambat laun berangsur melemah, akhirnya diam. Ia menjadi
lemas di atasku, sambil mengatur nafasnya kembali. Aku mengusap-usap punggung mulusnya.
Sesekali ia menggerak-gerakkan pinggulnya pelan, pelan sekali, merasakan sisa-sisa puncak
kenikmatannya. Beberapa menit dia masih menindih aku.

Setelah pulih tenaganya, dia tidur terlentang kembali, siap untuk aku tembak lagi. Kini giliran aku
menindihnya, dan mulai mengerjakan kegiatan seperti tadi. Gerakan ku pelan juga, dia merangku
l aku. Naik turun, keluar masuk.

Saat masuk itulah rasa nikmat luar biasa, apalagi dia bisa menjepit-jepit, sampai beberapa kali.
Sungguh aku menikmati seluruhnya badan bu Desta. Ruaar biasa! Tiba-tiba suatu dorongan tenaga
yg kuat sampai diujung senjataku, aliran darah, energi dan perasaan terpusat di sana, yg
menimbulkan kekuatan dahsyat tiada tara.

Energi itu menekan-nekan dan memenuhi lorong-lorong rasa dan perasaan, saling memburu dan
kejar-kejaran. Didorong oleh gairah luar biasa, menimbulkan efek gerakan makin keras dan kuat
menghimpit badan indah, yg mengimbangi dgn gerakan gemulai mempesona.

Akhirnya tenaga yg menghentak-hentak itu keluar membawa kenikmatan luar biasa”, suara tak
disengaja keluar dari mulut dua insan yg sedang dilanda kenikmatan. Air maniku terasa keluar tanpa
kendali, menyemprot memenuhi lubang kenikmatan milik bu Desta.

“Ahh… egh… egh… uhh”, suara kami bersaut-sahutan.

Bibir indah itu kembali kulumat makin seru, diapun makin merapatkan badannya terutama pada
bagian bawah perutnya, kuat sekali. Menyatu semuanya,

“Aku” keluar Bu”, kataku terengah-engah.
“Aku juga Ron”, suaranya agak lemah.
“Lho keluar lagi, tadi kan sudah?! Kok bisa keluar lagi?!”, tanyaku agak heran.
“Ya, bisa dua kali”, jawabnya sambil tersenyum puas.

Kami berdua berkeringat, meski udara di luar dingin. Rasanya cukup menguras tenaga, bagai habis
naik gunung saja, lempar lembing atau habis dari perjalanan jauh, tapi aku masih bisa merasakan
sisa-sisa kenikmatan bersama.

Selang beberapa menit, setelah kenikmatan berangsur berkurang, dan terasa lembek, aku mencabut
senjataku dan berbaring terlentang di sisinya sambil menghela nafas panjang. Puas rasanya
menikmati seluruh kenikmatan badannya.

Perempuan punya bentuk badan indah itupun terlihat puas, seakan terlepas dari dahaganya, yg
terlihat dari guratan senyumnya. Aku lihat selakangannya, ada ceceran air maniku putih kental
meleleh di bibir vaginanya bahkan ada yg di pahanya.

Pengalaman malam itu sangat menakjubkan, hingga sampai berapa kali aku menaiki bu Desta, aku
lupa. Yg jelas kami beradu nafsu hampir sepanjang malam dan kurang tidur.

Keesokan harinya. Busa-busa sabun memenuhi bathtub, aku dan bu Desta mandi bersama, kami
saling menyabun dan menggosok, seluruh sisi-sisi badannya kami telusuri, termasuk bagian yg paling
pribadi. Yg mengasyikkan juga ketika dia menyabun kemaluanku dan mengocok-kocok lembut. Aku
senang sekali dan sudah barang tentu membawa efek nikmat.

“Aku heran barang ini semalaman kok tegak terus, kayak tugu Silvinas, besar lagi. Ukuran jumbo
lagi?!”, katanya sambil menimang-nimang tititku.

“Kan Ibu yg bikin begini?!”, jawabku. Kami tersenyum bersama.

Sehabis mandi, kuintip lewat jendela kamar, Darti sedang nyapu halaman depan, kalau aku keluar
rumah tidak mungkin, bisa ketahuan. Waktu baru pukul setengah enam. Tetapi senjata ini belom
juga turun, tiba-tiba hasrat lelakiku kembali bangkit kencang sekali.

Kembali meletup-letup, jantung berdetak makin kencang. Lagi-lagi aku mendekati janda yg sudah
berpakaian itu, dan kupeluk, kuciumi. Aku agak membungkuk, karena aku lebih tinggi. Bau
wewangian semerbak disekujur badannya, rasanya lebih fresh, sehabis mandi.

Lalu ku lepas gaunnya, ku tanggalkan behanya dan kuplorotkan celana dalamnya. Kami berdua
kembali berbugil ria dan menuju tempat tidur. Kedua insan lelaki perempuan ini saling bercumbu,
mengulangi kenikmatan semalam.

Ia terbaring dgn manisnya, pemandangan yg indah paduan antara pinggul depan, pangkal paha, dan
rerumputan sedikit di tengah menutup samara-samar huruf “V”, tanpa ada gumpalan lemaknya.

Aku buka dgn pelan kedua pahanya. Aku ciumi, mulai dari lutut, kemudian merambat ke paha
mulusnya. Sementara tangannya mengurut-urut lembut kemaluanku. Badanku mulai bergetaran,
lalu aku membuka selakangannya, menyibakkan rerumputan di sana.

Aku ingin melihat secara jelas barang miliknya. Jariku menyentuh benda yg berwarna pink itu, mulai
bagian atas membelai-belainya dgn lembut, sesekali mencubit dan membelai kembali. Bu Desta
bergelincangan, tangannya makin erat memegang tititku.

Kemudian jariku mulai masuk ke lorong, kemudian menari-nari di sana, seperti malam tadi. Tapi
bibir, dan terowongan yg didominasi warna pink ini lebih jelas, bagai bunga mawar yg merekah.
Beberapa saat aku melakukan permainan ini, dan menjadi paham dan jelas betul struktur
keperempuanan bu Desta, yg menghebohkan semalam.

Gelora nafsu makin menggema dan menjalar seantero badan kami, saling mencium dan mencumbu,
kian memanas dan berlari kejar-kejaran. Seperti ombak laut mendesir-desir menerpa pantai. Tiada
kendali yg dapat mengekang dari kami berdua.

Apalagi ketika puncak kenikmatan mulai nampak dan mendekat ketat. Sebuah kejutan, tanpa aku
duga sebelomnya kemaluanku yg sejak tadi di urut-urut kemudian dikulum dgn lembutnya. Pertama
dijilati kepalanya, lalu dimasukkan ke rongga mulutnya.

Rasanya aku diajak melayg ke angkasa tinggi sekali menuju bulan. Aku menjadi kelelahan. Sesi
berikutnya dia mengambil posisi tidur terlentang, sementara aku pasang kuda-kuda, tengkurap yg
bertumpu pada kedua tangan aku.

Aku mulai memasukkan kemaluanku ke arah lubang keperempuanan bu Desta yg tadi sudah aku
“pelajari” bagian-bagiannya secara seksama itu. Benda ini memang rasanya tiada tara, ketika
kumasukkan, tidak hanya aku yg merasakan enaknya penetrasi, tetapi juga bu Desta merasakan
kenikmatan yg luar biasa, terlihat dari ekpresi wajahnya, dan desahan lembut dari mulutnya.

“Ah”, desahnya setiap aku menekan senjataku ke arah selakangannya, sambil menekankan pula
pinggulnya ke arah tititku. Kami berdua mengulangi mengarungi samodra birahi yg menakjubkan,
pagi itu.

Semuanya sudah selesai, aku keluar rumah sekitar pukul setengah delapan, saat Darti mencuci di
belakang. Dalam perjalanan pulang aku termenung, Betapa kejadian semalam dapat berlangsung
begitu cepat, tanpa liku-liku, tanpa terpikirkan sebelomnya.

Sebuah wisata seks yg tak terduga sebelomnya. Kenikmatan yg kuraih, prosesnya mulus, semulus
paha bu Desta. Singkat, cepat dan mengalir begitu saja, namun membawa kenikmatan yg
menghebohkan.

Betapa aku bisa merasakan kehangatan badan bu Desta secara utuh, orang yg selama ini menjadi
majikanku. Menyaksikan rona wajah bu Desta yg memerah jambu, kepasrahannya dalam
ketelanjangannya, menunjukkan kedagaan seorang perempuan yg mebutuhkan belaian dan
kehangatan seorang lelaki.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, si kumbang muda makin sering mendatangi bunga
untuk mengisap madu. Dan bunga itu masih segar saja, bahkan rasanya makin segar menggairahkan.
Memang bunga itu masih mekar dan belom juga layu, atau memang tidak mau layu.

ceritadewasa , cerita seks , film semi , cerita semi , nonton semi , seks, cerita seks, dewasa, cerita dewasa, detik, ceritasex68, majalah dewasa, kisah nyata, cerita dewasa abg, cerita dewasa perawan, cerita hot, cerita dewasa selingkuh, cerita panas, cerita sex, cerita sex bokep, cerita bokep, cerita sex tante, kisah mesum kisah seks, tante girang, Cerita 17 TahunCerita BasahCerita BokepCerita Daun MudaCerita DewasaCerita EnakCerita LendirCerita NgentotCerita NgeweCerita PornoCerita SedarahCerita SeksCerita SelingkuhCerita Sex